Barkh Al-‘Abid Al-Aswad: Hamba yang Membuat Tuhan Tertawa

Penah dengar buku “Sedang Tuhan pun Cemburu” dan “Tuhan pun Berpuasa” karangan Emha Ainun Najib? Lantas, benarkah Tuhan itu berpuasa dan Tuhan juga cemburu?

Dua buku itu tidak membahas perilaku Tuhan, baik itu cemburu maupun berpuasa, karena kegiatan Tuhan itu berbeda dengan makhluk-Nya; Laysa Kamislihi Sya’un (tidak ada satupun yang menyerupai-Nya).

Akan tetapi kedua buku tadi membahas tentang perilaku sosial spritual manusia yang terkadang–atau bahkan –suka lupa dengan Tuhan. Hal itu lah yang membuat Tuhan cemburu, dalam artian melihat makhluk ciptaan-Nya menjauh dari-Nya dan lebih mementingkan urusan dunia yang fana, serta lupa untuk memuasakan sifat dan kepemilikan duniawi karena semua itu milik kekuasaan-Nya bukan milik manusia.

Tapi kalau “Tuhan pun tertawa”, pernahkah anda mendengarnya? Benarkah ada manusia yang membuat Tuhan tertawa? jawaban nya ada.

Adalah Barkh al-Aswad yang pernah melakukan aksi konyol itu, seorang waliyullah yang menempati kedudukan mulia di sisi-Nya. Ia hidup di zaman Nabi Musa dan Bani Israil. Kisah Barkh ini tertuang di beberapa literatur klasik di antaranya; Kitab Ittihafus Sadatil Muttaqin Bisyarhi Ihyai Uluumiddin (Muhammad ibn Muhammad al-Hasaniy az-Zabidiy:1205 H), kitab Minanul Kubra (Imam Abdul Wahab As-Sya’raniy: 973 H), dan  kitab Musakkinul Fuad (Syeikh Zainuddin Ibn Ali ibn Ahmad al-Jab’i al-Aamiliy: 965 H).

Bagaimanakah Barkh membuat Tuhan tertawa? berikut kisahnya;

Alkisah, umat nabi Musa atau bani Israil tengah dilanda kemarau berkepanjangan selama 7 tahun lamanya. Tempat tinggal mereka menjadi gersang, air minum susah, tanaman dan hewan-hewan banyak yang mati. Hal ini membuat kehidupan mereka menjadi sengsara. Banyak dari mereka mengeluh tak sanggup lagi menjalani kehidupan dengan penuh kesengsaraan tanpa air.

Baca Juga: Ketika Bahlul Membungkam Pendapat-Pendapat Imam Abu Hanifah

Dengan keadaan seperti ini, maka pada suatu hari nabi Musa mengajak umatnya untuk sholat istisqa, berharap agar Allah segera menurunkan hujan kepada mereka. Sholat istisqa pun dilaksanakan oleh nabi Musa dan umatnya. Beliau mengajak  70.000 umatnya untuk melakukan sholat di tengah padang pasir yang luas.

Setelah melaksanakan sholat istisqa, Allah kemudian menurunkan wahyu kepada nabi Musa, Allah berfirman:

Wahai Musa! Bagaimana aku akan mengabulkan doa mereka (ummat nabi Musa)? Sedangkan doa-doa mereka tertutupi hijab karena dosa-dosa mereka. Hati mereka amatlah buruk, mereka merengek tanpa dibalut keyakinan bahwa Aku akan mengijabah doa mereka, mereka tak yakin bahwa Aku lah sang pengijabah doa. Dan mereka merasa aman dari murka ku. Pergilah wahai Musa! Pergi temui salah satu hamba ku yang bernama Barkh. Pintalah ia agar meminta ku untuk menurunkan hujan sampai Aku menurunkannya.”

Ketika nabi Musa bertanya tentang sosok Barkh al-Aswad, ia tidak diberi tahu secara langsung. Akhirnya nabi Musa bertanya kesana kemari dan tak kunjung menemukannya jua. Sampai pada suatu hari, ketika nabi Musa berada di sebuah jalan di suatu kota dan setelah pencarian yang cukup lama, ia melihat seseorang berkulit hitam, berparas sederhana dan tampak di dahinya bercampur debu. Dengan petunjuk cahaya Allah yang diberikan kepada nabi Musa, beliau akhirnya mengetahui bahwa sosok yang ia cari selama ini ada di hadapannya.

Dengan segera ia menghampiri dan memberi salam kepada seorang yang bernama Barkh tersebut.

Siapa nama kamu?” tanya nabi Musa setelah mengucapkan salam kepadanya.

Nama saya Barkh” jawab orang hitam tersebut.

Lantas nabi Musa berkata:

Ternyata benar! kamu adalah orang yang saya cari selama ini. Aku diperintah Allah untuk menemuimu. Aku diperintah agar aku meminta mu untuk berdoa kepada-Nya agar Allah menurunkan  hujan kepada kami di kemarau panjang ini.

Tanpa berpikir panjang, Barkh pun menengadahkan tangan dan berdoa seraya berkata:

Wahai Allah Tuhan ku! apakah kemarau panjang ini adalah perbuatanmu? Apakah kemarau panjang ini karena ketidak sabaran-Mu? Apa yang membuat sumber-sumber air-Mu habis? Ataukah angin sudah tidak lagi taat kepada-Mu? Ataukah Engkau kehabisan sesuatu? Atau mungkin Engkau sangat murka kepada para pendosa? Bukankah Engkau Maha Pengampun sebelum Engkau menciptakan orang-orang yang berbuat salah? Engkau menciptakan rahmat (kasih sayang) dan Engkau memerintahkan untuk menyayangi? Ataukah Engkau menunjukkan kepada kami bahwa Engkau tercegah dan tertolak? Ataukah Engkau takut kehilangan sesuatu sehingga Engkau mempercepat siksaan?”.

Saat Barkh terus berkata-kata dengan nada yang sedikit menekan dan belum sampai juga ia merampungkan munajatnya akhirnya hujan deras pun turun membasahi nabi Musa dan bani Israil. Dan hanya dalam waktu setengah hari, Allah kembali menumbuhkan rumput-rumput dan pepohonan.

Baca Juga: Kisah Ibrahim AS: Alegori Pencarian Tuhan dengan Logika dan Cinta

Setelah bermunajat, Barkh pulang ke rumah sedang nabi Musa menghampiri. Barkh berkata:

Bagaimana menurut mu canda ku saat aku bermunajat kepada-Nya, sedang ia membenarkan dan mengabulkan munajatku dengan menurunkan hujan?

Nabi Musa marah besar karena menganggap bahwa Barkh mencandai Tuhan, amarah itu membuat nabi Musa hendak memukul Barkh. Saat akan memukul Barkh Allah berfirman:

Wahai Musa! Jangan kau lakukan perbuatan itu. Sesungguhnya Barkh membuatku tertawa tiga kali dalam sehari.

Doa Barkh dikabulkan bukan hanya karena ia rajin beribadah kepada-Nya, Barkh adalah hamba yang meminta dengan penuh keyakinan. Ia yakin bahwa Allah akan mengabulkan, bisa kita perhatikan kembali munajat yang ia panjatkan kepada Allah.

Itulah Barkh, manusia yang membuat Tuhan tiga kali tertawa dalam sehari atas perbuatan yang diridhai-Nya.

Waallahu a’lam bisshawab.