Belajar Positif dari Nabi Yunus

Setiap nabi pasti mendapat ujian dari Allah. Hanya saja ujian yang diberikan Allah kepada para nabi memiliki bentuk dan intensitas yang berbeda-beda satu sama lain. Salah satu Nabi yang mendapatkan ujian berat adalah Nabi Yunus, dari kisah Nabi Yunus ini kita bisa belajar bagaimana seharusnya sikap yang kita lakukan ketika dihadapkan pada kondisi kesusahan.

Nabi Yunus ketika dalam kesusahan, yang dilakukan bukan memohon agar kesusahannya berakhir, apalagi protes kepada Allah atas apa yang beliau alami. Justru yang dilakukan oleh Nabi Yunus malah memuji Allah dan mengakui akan kesalahan-kesalahanya, yaitu dengan memperbanyak membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzolim.”

Nabi Yunus mengakui bahwa segala masalah yang menimpanya adalah karena kesalahannya. Doa itu pula yang membuat Nabi Yunus terbebas dari masalah yang dihadapinya.

Nabi Yunus bersimpuh serta berdoa kepada Allah saat berada di perut ikan paus dengan rasa rendah diri, hina, dhoif, dan negatif. Kemudian Sang Maha Sempurna lagi Maha Positif menangkap dan mengabulkan doa Nabi Yunus. Nabi Yunus pun ikut menjadi “positif”.

Getaran “positif” Nabi Yunus ini menyebar di sekelilingnya dan menghancurkan segala angkara murka, segala penyakit, segala bala bencana yang menimpanya dan akhirnya Nabi Yunus selamat.

Belajar dari kisah Nabi Yunus dapat kita ambil pelajaran bahwa, jika hidup dipenuhi masalah, musibah silih berganti, bisa jadi Allah sedang mengirim pesan kepada kita untuk kembali menghadap-Nya dengan kerendahan diri, bukan dengan ketinggian, kecongkaan atau kesempurnaan.

Bentuk “negatif” dari kita menuju pendekatan kepada Yang Maha Positif akan berwujud macam-macam bentuknya, seperti halnya memperbanyak istighfar, sholawat, dzikir, puasa maupun bershodaqoh.