Suarr.id–Hidup adalah sebuah perjalanan. Demikian salah seorang guru kehidupan pernah berkata. Dan karena hidup adalah sebuah perjalanan, maka tugas hidup adalah hanya berjalan dan terus berjalan, hingga sampai di tempat tujuan.
Perjalanan kehidupan manusia dimulai dari kelahiran di dunia ini. Sedikit demi sedikit tumbuh menjadi seorang manusia yang memiliki kepribadiannya sendiri-sendiri. Setelah itu mulai menentukan pilihan, mulai berputar dalam perilaku baik maupun buruk. Kita kadang mulai terbingungkan oleh realita dan idealisme, mulai tidak mengerti, mulai menyerah, lalu mulai tercerahkan lagi.
Banyak hal yang dialami dalam kehidupan ini. Apapun dan bagaimanapun kehidupan kita, yang pasti hidup adalah sebuah perjalanan. Namun terkadang kita dipaksa untuk menyerah, dipaksa untuk berhenti melangkah. Ada kalanya merasa tak berdaya dan tak mampu lagi melakukan apapun karena berada dalam titik nadir keterpurukan.
Pernah saya alami masa-masa dimana satu-satunya pilihan yang tersedia untuk saya hanya berhenti melangkah, menyerah karena saking tidak berdayanya. Saya coba berbagai cara namun ternyata hasilnya tak membuat keadaan lebih baik.
Suatu ketika terbersit dalam benak saya bahwa saya telah melangkah jauh. Saya tidak mungkin kembali (dan perjalanan hidup adalah sama seperti perjalanan waktu, dimana sekali kita melangkah kita tak akan mampu lagi untuk mundur atau kembali), namun energi untuk terus melangkah bisa dikatakan hampir habis.
Disaat dimana saya dihadapkan dengan dua pilihan yaitu berhenti melangkah atau terus melangkah. Saat itu saya memilih untuk tetap melangkah walaupun tertatih-tatih menghadapi masalah yang secara akal bisa dikatakan hampir mustahil terselesaikan sembari berharap dan berdoa meminta pertolongan Allah.
Namun diri ini tak berani mengharapkan keadaan seperti apa yang saya harapkan, karena takut untuk kecewa. Hanya menjaga harapan dan asa untuk berada dalam proporsi yang realistis agar bisa terus melangkah, tanpa terlalu banyak kecewa.
Saya lupakan semua kebijakan yang tersimpan di balik situasi yang tengah saya alami. Yang ada hanyalah cenderung berpikir bahwa “perjalanan” harus tetap berjalan. Memang dalam situasi yang demikian ini kita butuh nasehat sosok pembimbing (Guru) maupun teman yang kita gunakan sebagai rambu-rambu ataupun arah dalam melangkah. Agar perjalanan kita tidak terasa seperti beban atau kutukan.
Senang maupun duka di dunia ini adalah pasangan yang tak terpisahkan. Satu masalah besar terurai dan terselesaikan atas pertolongan Allah ternyata perjalanan pun masih panjang dan mungkin masih banyak liku-liku yang harus dilalui.
Seiring berjalanya waktu kita banyak mendapatkan pelajaran yang luar biasa. Belajar dan berlatih mewarnai langit yang menaungi hari-hari dengan keindahan adalah pembelajaran hidup yang panjang tanpa ujung. Sesekali berhenti untuk menghela nafas dari hiruk-pikuk dan hingar-bingar dunia yang semakin liar tak terkendali. Sesekali melihat ke belakang untuk menangkap sesuatu yang pernah indah di masa lalu.
Selalu bersyukur atas kehidupan yang Allah pilihkan untuk kita adalah salah satu upaya menciptakan keindahan dalam hidup. Sepahit obat atau semanis gula, hidup tetaplah sebuah perjalanan yang mesti kita tempuh tanpa bisa kita menawarnya. Apapun yang akan terjadi di masa depan, tetaplah selalu berbaik sangka kepada Allah. Walaupun pada kenyataannya untuk sedetik ke depan, Allah tetap saja membiarkan lika-liku jalan kehidupan ini menjadi misterius bagi kita semua.
Kampoeng Pitulikur, 27 Januari 2018