Jalanan itu masih bersabar dengan para pejalan kaki yang selalu lalu lalang melangkah di atasnya. Ia tak bergeming sedikitpun dari tempatnya dibuat untuk memberikan rasa nyaman bagi orang-orang yang tak henti menempuhnya.
Saat jalan itu berbelok, orang yang melewati pasti akan mengikuti arahnya jua. Tapi semua itu lagi-lagi tergantung pejalan hendak memilih jalur mana, walaupun berbeda-beda pasti ia akan sampai ke tempat tujuannya. Diantara mereka ada yang berjalan dengan santai, kali sebagian ada yang menikmati pemandangan sekitar. Bahkan mereka ada pula yang berlari kencang tergesa-gesa tanpa menoleh dan tak memperdulikan keadaan di sekitarnya.
Begitulah kehidupan manusia. Acap kali mereka merasa gelisah dengan kehidupan yang mereka jalani, lupa bagaimana cara bersyukur dan menikmati semua proses yang ada. Sedang proses itu sendiri merupakan bentuk terindah untuk menikmati segala ruang-ruang jalan kehidupan yang harus dilewati.
Orang hidup itu tak ubahnya cuma seonggok daging yang hanya menumpang di atas jalanan bila mereka sampai lalai dan lupa dengan pelajaran-pelajaran kehidupan yang wajib dijalani.
Salah satu penyair pernah berdendang :
وذو الجهل ميت وهو يمشي على الثرى * يظن من الأحياء وهو عديم
“Orang yang hidup tanpa ilmu seakan-akan ia hanya seonggok daging yang berjalan di atas bumi.”
Menurut dunia medis, kematian adalah berhentinya detak jantung orang yang masih hidup dan berhentinya fungsi otak serta anggota tubuh kita. Dilansir dari Laman Sains Kompas artikel berjudul ” Apa Itu Kematian? Begini Definisinya Menurut Medis”, kematian dibagi menjadi tiga, yaitu mati klinis, mati otak, dan mati biologis.
Pada fase awal dan kedua, orang itu masih dimungkinkan untuk hidup dengan menggunakan bantuan alat-alat medis. Sedangkan untuk fase ketiga yaitu mati biologis, manusia sudah bisa dipastikan bahwasanya ia telah meninggalkan dunia ini.
Dalam literatur keilmuan salaf kita, ulama juga mendefenisikan kematian secara komprehensif, mereka meninjau dari beberapa aspek dan menerangkannya dengan spesifik.
Imam As-Showi dalam karyanya yang berjudul Hasyiyah As-Showi ala Tafsir Al-Jalalain mendefinisikan kematian sebagai perpindahan dari satu rumah ke rumah yang lain. Dunia itu hanya sekadar hulu sedangkan akhirat sebagai muaranya. Apa yang kita tanam di dunia pasti akan kita tuai hasilnya di akhirat kelak. Sebagaimana dunia ini hanya tempat bersinggah dan akhirat menjadi tempat tujuan akhir. Kematianlah yang menjadi perantara antara dunia dan akhirat, karena di dalam kematian terdapat suatu proses kehidupan yang lain yang dikenal sebagai alam barzakh.
Orang yang sudah meninggal ketika ia dalam hidupnya sering berbuat baik, maka kelak di alam barzakh akan menemukan keringanan untuk menjalaninya. Sedangkan orang yang berbuat buruk maka niscaya ia akan menemui beberapa siksaan dan cobaan sesuai apa yang dilakukannya di dunia ini.
Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya pernah bersabda:
إن الله جعل أرواح الشهداء في أجواف طيور خضر ترد أنهار الجنة تأكل من ثمارها وتأوي إلى قناديل معلقة في ظل العرش
“Bahwasanya Allah menjadikan ruh-ruh orang yang mati syahid didalam tubuh burung hijau, sesekali ia minum di sungai surga, memakan buah-buahannya, dan berlindung di bawah pelita yang digantung di atap singgasana“.
Hadits di sini menunjukkan bahwasanya orang yang sudah mati itu sejatinya ia masih hidup dan diberi rezeki oleh Allah. Walaupun jasadnya itu dipendam dalam kubur akan tetapi ruhnya tetap hidup. Adapun orang yang sudah meninggal terkadang bisa mengundang berbondong-bondong orang untuk menitipkan salam dan hadiah bagi jiwa-jiwa yang telah meninggalkan kita. Mereka selayaknya orang yang masih hidup dan mengajarkan kita bagaimana untuk bersatu, menyambung tali persaudaraan dan menikmati lantunan doa dalam kehidupan sehari-hari.
Selaras dengan salah satu syair berikut ini :
أخو العلم حي خالد بعد موته * وأوصاله تحت التراب رميم
“Orang yang berilmu walaupun jasadnya berada di perut bumi namanya akan terus kekal.”
Selain itu Allah juga berfirman :
(وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ)
“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” [Q.S. Al-Baqarah 154]
(وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ)
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki.” [Q.S. Ali ‘Imran 169]
كفى بالموت واعظا
“Cukuplah kematian menjadi pelajaran“.
Alangkah ibanya kehidupan itu.
Kematian bukanlah sebuah pilihan. Akan tetapi hidup dengan mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah meninggal adalah suatu perjalanan yang dapat mengantarkan ke tujuan hidup yang akan kita lewati. Serta bisa memperbaiki hidup yang penuh dengan kefanaan ini.
Oleh karena itu, kita sebagai makhluk yang masih hidup hendaknya memperkaya diri kita dengan akhlak-akhlak yang baik, ilmu-ilmu yang bermanfaat, serta berbuat baik dengan sesama. Agar kelak kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai mengambil pelajaran dari kematian, dan terlena terhadap kehidupan dunia yang penuh tipu daya ini.