Sholawatan bagi kaum santri dan santriwati tentunya sudah tidak menjadi barang anyar lagi. Amaliyah rutinan ini sehabis sholat maktubah (wajib) berjamaah selalu bertalu-talu digaungkan. Di samping itu sholawat juga menjadi ciri khas dan identitas permanen santri layaknya tanda toh hitam pada kelahiran bayi.
Kita sama-sama mengetahui sholawat memiliki klasifikasi tiga jenis makna dan tujuannya masing-masing. Adapun penjelasan seputar ini sudah gamblang diterangkan dalam kitab kuning Tafsir Jalalain dari muallif (pengarang) Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Al-Mahalli. Dan dirujuk dari subjek siapa yang melantunkan, tiga maknanya adalah sebagai berikut:
Pertama, mempunyai makna li-dua’ (doa) bagi orang mu’min.
Misal : صلى زيد (Zaid doa (shalat) )
Kedua, memiliki makna lil-istigfar (memintakan ampun) bagi malaikat-malaikat Allah.
Misal : صلى الملائكة على زيد (Malaikat memintakan ampunan untuk Zaid)
Ketiga, mengandung makna li-rohmah (rahmat) bagi Allah sendiri.
Misal : صلى الله على زيد (Allah merahmati Zaid)
Setelah dari situ, mari kita renungi ayat istimewa yang berhubungan dengan perintah untuk senantiasa bersholawat.
Seperti yang termaktub dalam Al-Quran Surah Al-Azhab ayat 56, Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Ibarat kata, Allah saja sang Maha Pemberi kehidupan dan malaikatnya-pun bersholawat, apalagi kita-kita yang setiap hari senantiasa tidak pernah luput dari dosa, disengaja maupun tidak disengaja, baik yang datangnya dari perkataan ataupun tindakan. Secara logika berada di posisi seperti ini kita mestinya yang butuh, butuh dan lebih butuh terhadap syafa’at baginda Nabi.
Maka dari itu pembaca Suarr.id yang budiman jangan lupa sholawat ya. Hehe…
Semoga kita semua diakui sebagai umat Sayyidina Muhammad dan diberkahi dengan syafaatul udzma.
Allahumma solli ‘ala sayyidina Muhammad !!!!