Bermula dari kecemburuanku kepada sesama teman yang ada di kota Tangier. Iri hati ini lebih berdasar pada mudahnya mereka bisa belajar bareng dengan Prof Dr. Syeikh Muhammad Rughi (محمد الروكي). Sedang, aku sama sekali belum pernah merasakannya, apalagi sampai berkunjung di kediamannya.
Ngomong-ngomong jarak antara Tétouan–daerah yang saya singgahi–dengan Tangier sekitar 1 jam 21 menit perjalanan (62.5 km). Sebab hal itulah, aku jadi berpikir. Bagaimana kiatnya agar bisa sowan kepada seorang rektor Universitas Qurawiyin di Institute Imam Nafie’ itu ?
Akhirnya, aku merenung barang sejenak. Laksana pendar-pendar kuning menyembul di atas kepala, muncullah pernyataan bahwa yang namanya mengenal dan mulazamah ulama itu ada dua jalan yang bisa ditempuh.
Baca juga: Fazlur Rahman: Pembaharu Islam yang Melampaui Zaman
Pertama, sowan secara langsung kepada beliau; sebuah pertemuan tatap muka. Kedua, sowan secara tidak langsung–tanpa tatap muka. Dan aku mengambil jalan yang kedua ini–cukup pintas. Lantas bagaimana caranya? ya sudah barang tentu dengan membaca buku-buku karya beliau.
Bagiku dari sekian banyak karya Profesor yang urun serta menjadi Anggota Majlis Ilmu tertinggi di Maroko ini adalah Kitab “Al-Magrib Malikiy… Limaza?”. Artinya Maroko bermazhab Maliki….mengapa?. Pilihan ini tentu bukan tanpa alasan, karena memang sedari satu tahun yang lalu buku itu telah menarik perhatiaanku.
Dulu, waktu awal menginjakan kaki di Maroko. Selaku santri awam bermazhab syafi’i yang lagi belajar di negara bermazhab Maliki, aku termasuk orang yang kaget dengan keberagaman di sini. Bagaimana tidak?
Melihat orang berwudu dengan hanya segayung saja, lalu sholat tanpa menyertakan qunut, kemudian azan jumat berulang sampai 3 kali dan lain sebagainya. Hal ini membuatku sadar betapa luas sekali khazanah keilmuan Islam dan sangat beragam sekali ajarannya. Selain itu, yang paling utama saya tambah sadar betapa bodoh dan kecil sekali sumbu pengetahuanku.
Buku ini, adalah dedikasi Prof. Rughi yang bertujuan menjawab pertanyaan kalangan orang Awam, “Kenapa negeri Magrib; meliputi Libya, Tunisia, Aljazair, dan Mauritania, khususnya Maroko itu bermazhab Maliki?”
Pertanyaan itu seraya mengajakku ikut bengong. “Iya…ya, kenapa Marokobermazhab Maliki? dan di Indonesia (mayoritas) bermazhab Syafi’i, kok disini mazhabnya Maliki?
Alasan kenapa negeri Magrib bermazhab Maliki itu tidak diketahui oleh khalayak banyak kecuali hanya orang-orang khawas (tertentu/khusus). Maka lewat buku ini, Prof. Rughy hendak menyajikan kajian dialektis-argumentatif kenapa Maroko bermazhab Maliki.
Buku ini terdiri dari lima bab, dengan rincian satu bab pembukaan atau prolog, tiga bab pembahasan dan kajian dan terkahir penutup.
Diawali dengan kajian sejarah awal mula masuknya mazhab Malikiy ke Maroko. Ternyata, jauh sebelum itu pertama-tama mereka menerima dan menganut mazhab Jumhur Salaf. Sampai pada suatu saat di era dinasti Idrisiyah berkuasa, dimaklumatkanlah mazhab Maliki dinyatakan sebagai mazhab resmi yang dianut oleh dinasti tersebut dan mentradisi sampai sekarang.
Dari sana, masih belum dijelaskan, kenapa mazhab maliki yang menjadi pilihan untuk bermazhab. Maka tiga bab selanjutnya menjadi jawaban gamblang atas alasan kenapa mazhab Maliki yang dipilih mejadi mazhab resmi negeri Maroko.
Bab pertama, membahas tentang sosok Imam Malik mulai dari sifat-sifat yang menguatkan kebenaran mazhabnya. Lalu karakteristik Imam Malik dalam perjalan ilmiah baik ketika menjadi pelajar, guru, maupun saat menjabat sebagai mufti. Tak luput pula mengupas prolifik Imam Malik–kesuburan muallafat nya (karya-karya tulis). Di bab ini, disajikan 10 sifat yang menjadi alasan mengapa Imam Malik dipilih sebagai imam mazhab.
Di bagian kedua atau bab kedua, membahas tentang karakteristik mazhab Maliki yang membedakannya dari mazhab-mazhab lain. Hampir menyerupai bab pertama, bab kedua hadir lebih khusus menyajikan karakteristik dan sifat-sifat mazhab Malikiy. Seperti dasar-dasar qaidah fiqhnya, ushul fiqhnya, sampai pada ungkapan mazhab Maliki adalah mazhab persatuan negara-negara bagian ujung benua Afrika.
Baca juga: Syair-syair Arab: Pintu Mini Memasuki Peradaban Arab Masa Jahiliyah
Di bagian ketiga beliau mengakhiri dengan dua kajian hadits. Keduanya saling menguatkan dua bab pertama di awal. Hadits pertama menerangkan dan mengukuhkan kealiman sosok Imam Malik. Berkelindan dari yang pertama hadits kedua menguatkan kebenaran mazhabnya. Sehingga sempurnalah dua pembahasan pertama dengan dukungan dalil naqli yang menopang keduanya. Dan Menurut penulis, Prof. Dr. Muhammad Rughi benar-benar berhasil memberi alasan tentang kenapa Maroko bermazhab Maliki.
Namun, sebagaimana tak ada gading yang tak retak, buku ini sudah dikritik oleh beberapa ulama, salah satunya datang dari ulama Mesir, yaitu Prof. Dr. Syeikh Said Mamduh. Prof Said menuangkan kritiknya itu dalam bentuk buku juga yang diberi judul “Thayyil Qirtas bi Ta’yini Al-Imam Idris Sakin Fas“.
Terlepas dari kritik yang telah dilancarkan Syeikh Said kepada Syeikh Muhammad Rughi. Buku tipis ini perlu diapresiasi, di sisi lain karena kelebihan perincian historisnya. Secara simplistik muatan buku ini disajikan dengan bahasa yang lugas nan singkat. Jadi sangat cocok untuk kalangan awam dan juga bagi pelajar.
Selain berpikir bagaimana bisa sowan beneran ke beliau, justru sampai titik ini yang mengganggu pikiranku adalah bila buku ini menjadi jawaban kenapa Maroko bermazhab Maliki. Lantas adakah buku yang bisa menjawab pertanyaan “Indonesia (mayoritas) bermazhab Syafi’i, kenapa?”
Ada yang bisa bantu jawab?
Wallahu A’lam.