Sudah menjadi tabiat asali manusia untuk ingin terlihat lebih daripada manusia lainnya. Meskipun dalam praktiknya, apa yang nampak kemudian dari perilaku yang diperbuat justru adalah, mohon maaf, kebodohan.
Untuk mencari contoh dari tesis di atas bukanlah perkara sulit, sangat melimpah bahkan. Hampir setiap hari di media sosial bisa ditemui orang-orang semacam ini. Bagaimana orang dengan usahanya mem-branding diri agar terlihat ‘wah’ di hadapan orang lain, dengan ikut-ikutan mengulas perkara terbaru yang bahkan seringkali ia sendiri tidak memahami betul akan duduk perkaranya. Asal share dan mengulas, kaffah-lah sudah pengetahuannya.
Di tengah arus manusia yang sudah demikian menjemukan ini, hadirlah seseorang yang datang mendobrak pakem. Ia hadir untuk menjadi antitesis dari manusia kebanyakan dengan membawa stereotip sebagai orang desa yang keminter dengan bahasa Inggris yang ugal-ugalan. Siapa lagi kalau bukan ahlinya ahli, intinya inti, dan core of the core, Pak Ndul.
Ketika bulan Januari lalu mengetahui video Pak Ndul dari salah satu akun Instagram, saya yang memang suka menganggap remeh orang lain ini langsung saja menjustifikasi Pak Ndul sebagai orang bodoh yang keminter. Tabiat merasa superior seperti ini memang seringkali menjangkiti para kelompok intelektual baru, tak terkecuali saya.
Namun setelah mengikuti videonya sampai habis, saya jadi mempertanyakan kesimpulan saya di awal. Jika memang Pak Ndul benar bodoh, mana mungkin kosakata bahasa Inggrisnya bisa sebanyak itu? Apalagi ia kerap kali melontarkan istilah-istilah ilmiah yang jarang bisa terakses oleh orang-orang yang kurang berpendidikan, mulai dari istilah-istilah biologi, kimia, fisika, astronomi, hingga IT.
Bangunan kesimpulan saya semakin runtuh ketika dalam salah satu video, Pak Ndul menyelipkan kalimat motivatif dengan bahasa Inggris yang runtut dan meyakinkan. Seketika muka saya seperti ditampar tembok, ternyata kemampuan bahasa Inggris saya tak ada apa-apanya dibanding Pak Ndul.
Siapa yang tidak melongo ketika orang yang kita anggap remeh bisa membuat analogi demikian:
“Life is difficult, life is hard, life is hah hah (hot, like chili). It’s not easy, life it’s not easy to swallow ….
You see this (chili)? You eat this alone one? Maybe no problem. But eat this… many of this… you will end up in the hospital right? So use this wisely.
What I mean? Combine this with you other capabilities by combining all you’re effort, all you’re potential, all you have. What will happen? Boom. You’re the man, become the man.
So never give up, let’s learn from this, we have to learn from anything. We have to learn from nature, we have to learn from people. There are so many way to educate our self, there so many sources. Just we have to use it, use our resources to get another resources from another people.”
Eurekaa!!
Dari sinilah saya mulai yakin bahwa Pak Ndul sebenarnya adalah orang pintar yang mem-framing diri sebagai orang lugu yang sok tahu. Gaya bahasa Inggrisnya yang kacau cenderung ugal-ugalan hanyalah lelucon yang sengaja dibuat untuk memberikan energi positif kepada penonton.
Dan apa yang saya yakini akhirnya semakin jelas ketika kemarin Pak Ndul diwawancara oleh Deddy Corbuzier di akun Youtubenya. Pak Ndul benar-benar sosok yang mengagumkan bagi saya. Ia hadir dengan konsep yang sama sekali baru dan tak semua orang bisa melakukannya. Tindak-tanduknya dalam setiap video nampak alami seperti tidak dibuat-buat, komedi semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar cerdas.
Dalam beberapa kali wawancara Pak Ndul mengungkapkan bahwa konten yang dibuatnya adalah bagian dari aksi sosial yang dilakukannya. Termasuk motivasi-motivasi yang diselipkan dalam setiap video adalah bentuk usaha penyadaran dan pencerahan Pak Ndul kepada masyarakat umum dengan tanpa bermaksud menggurui. Contohnya motivasi seperti ini:
“Hard work is mandatory, combine it with smart work to make it perfect”. Cerdyaaasss.
Tapi terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan dalam setiap video, kemunculan Pak Ndul sendiri bagi saya sudah menjadi kritik sosial yang menohok. Bagaimana ketika orang-orang di luar sana saling berlomba-lomba ingin terlihat lebih, justru ia dengan tawadhu’-nya berlagak menjadi orang yang remeh di hadapan orang-orang kebanyakan.
Bahkan di video terbarunya pun ia membuat konten yang sangat Pak Ndul sekali. Pak Ndul mencoba membantah bahwa yang ada di tv (Pak Ndul normal) termasuk yang sedang diwawancarai Deddy bukanlah dirinya. Ia tetap mem-framing diri sebagai orang desa yang lugu dan bersahaja.
Tapi sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa dimanapun tempatnya berada mutiara tetaplah mutiara, Pak Ndul dengan segala tingkah-polah nyelenehnya juga akan tetap menjadi sosok yang terlihat bijaksana dan luar biasa. Sehat selalu Pak Ndul!