Merancang Sekolah Masa Depan: Tantangan Para Guru Abad 21

Dewasa ini, pendidikan menjadi salah satu parameter kesuksesan suatu negara. Pemerintah Indonesia juga tengah mempersiapkan modal awal untuk mencapai hal itu. Namun dalam pembaharuan kurikulum serta kebijakan politik terkait pendidikan, satu hal yang perlu diperhatikan adalah pengembangan kualitas dan keterampilan guru sebagai seorang pendidik. Guru menjadi fondasi awal yang mempengaruhi berhasil tidaknya peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Merunut pula pada semboyan pendidikan yang diprakarsai oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, bahwasanya sosok guru ini dituntut untuk menjadi sosok tauladan yang mampu merancang konsep pendidikan yang bisa memerdekakan anak dan mengembangkan potensi mereka sesuai dengan bakatnya. Dalam pesan Ki Hadjar Dewantara ini, kita dapat memaknainya dengan jelas bahwa peran serta guru sebagai pendidik haruslah mumpuni di segala hal ataupun bidang. Karena peran serta guru menjadi tumpuan yang utama dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun dalam praktiknya di lapangan, pendidikan bukanlah formalitas belaka, dimana setiap individu harus menilik kembali proses pendidikan yang telah dilampauinya serta bagaimana proses pengembangan karakter dalam dirinya. Maka sudah selayaknya semua pendidik menyadari bahwa setiap anak terlahir istimewa, semua anak terlahir unik dan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Sehingga setiap proses yang dilakukan dalam pengembangan potensi serta minat bakat siswa perlu diperhatikan.

Pembaharuan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 memang menuai banyak protes bahkan polemik yang masih ada sampai sekarang. Dilansir dari laman bbc.com Bapak Darmaningtyas seorang pengamat masalah pendidikan menyampaikan bahwa pemerintahan sebelumnya terlalu cepat menerapkan kurikulum 2013, padahal belum siap melaksanakannya, kemudian kurikulum 2013 sebaiknya diimplementasikan secara menyeluruh pada tahun 2017-2018 sehingga persiapanya lebih matang.

Pembaharuan kurikulum di Indonesia memang sudah ditengarai adanya dominasi kekuasaan politik, dimana kurikulum 2013 ini digadang-gadang menjadi kurikuluim karakter yang akan mempersiapakan generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Bonus demografi dan persiapan pengembangan karakter menjadi salah satu wacana yang berkembang sampai tahun ini. Namun pada dasarnya kurikulum 2013 masih memerlukan evaluasi dan pengembangan mendalam terkait hal-hal yang relevan dengan kebutuhan siswa pada jamanya.

Di tengah-tengah era disrupsi, banyak sekali tantangan pendidik untuk mengembangkan dirinya agar selalu up to date dengan segala informasi dan hal-hal terbaru di dunia pendidikan. Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dan pembaharuan konsep inovasi pendidikan menjadi salah satu tuntutan di era disrupsi ini. Bagaimana guru mampu menciptakan “Grand Design” untuk menumbuhkan rasa keingintahuan, menumbuhkan kreativitas, serta mengarahkan siswa untuk menjadi manusia yang berhasil di kemudian hari.

Kurikulum 2013 memang sudah dirancang sesuai dengan keterampilan abad 21, namun tanpa diimbangi dengan semangat para pendidik untuk mengasah kemampuan dirinya, hasilnya akan sama saja, nihil.

Tak dapat dipungkiri, kewajiban dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik telah menguras energi dan waktu yang cukup besar. Sehingga para guru dituntut memanfaatkan peluangnya sedemikian rupa agar mampu memperoleh pengetahuan ataupun informasi terbaru. Komunitas belajar untuk guru menjadi salah satu sarana efektif untuk pengembangan keterampilan guru. Ruang dan wadah pengembangan guru ini mampu meningkatkan kualitas serta mengembangkan ide dan gagasan secara terbuka. Ruang kolaborasi menjadikan guru mampu menemukan passion serta menumbuhkan semangat untuk terus belajar.

Setiap pendidik memiliki andil dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu menjawab tantangan hidup di zamannya. Oleh karena itu peran serta guru sebagai pendidik, orang tua, dan masyarakat menjadi penting untuk menyukseskan pendidikan Indonesia.

Pengembangan keterampilan abad 21 serta penguatan literasi menjadi salah satu modal dasar guna mempersiapkan pendidikan sesuai dengan kebutuhan individu. Maka rancangan sekolah ataupun komunitas belajar yang bersifat “futuristik” atau menuju pada masa depan harus dipersiapkan mulai dari sekarang.

Selanjutnya guru sebagai seorang pendidik harus diberikan keleluasaan untuk mengembangkan imajinasi konsep kurikulum yang memerdekakan anak didiknya. Sehingga akhirnya terjalin simbiosis mutualisme yang diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa dalam meningkatkan kualitas pendidikan.