Pada kesempatan bulan ramadhan tahun ini, saya mengikuti ngaji pasan selepas sholat tarawih di kediaman Kiai Tsamroni, Patemon, Gunungpati. Adapun kitab yang diajarkan ada dua, pertama, Fadhoilu Syahri Romadhon yang menjelaskan keutamaan-keutamaan bulan ramadhan dari Al-Quran dan Hadits serta keutamaan malam lailatul qodar, dan yang kedua, kitab Fathul izar (menyingkap sarung atau jarik) yang mendedahkan perihal adab hubungan antara suami istri. Kedua kitab diatas masing-masing dikarang oleh KH. A. Yasin Asymuni, pengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab Petuk Semen, Kediri dan KH. Abdullah Fauzi, Pasuruan.
Pembaca yang budiman, jangan berharap lebih tulisan ini akan memuat rangkuman bagian intim salah satu bab dari kitab yang kedua. Jika penasaran silahkan ngaji sendiri di kiai yang ‘Alim, biar tahu bagaiamana tata cara memilih istri yang baik.
Pada sesi tulisan ini saya akan mencoba mengangkat secuil sejarah tentang adanya Puasa Hari Putih yang banyak diketahui kalangan masyarakat umum bertepatan pada tanggal 13, 14 dan 15. Sejarah ini dinukil dari kitab Fadhoilu Syahri Romadhon tadi.
Percakapan bermula anatara Nabi Muhammad SAW dan Sahabat Ali bin Abi Thalib, kira-kira seperti ini
“Wahai Ali, Malaikat Jibril telah berkata kepadaku Puasalah tiga hari di setiap bulan yang mana akan diperuntukkan bagimu 10.000 kebaikan di hari pertama, 30.000 kebaikan di hari ke dua dan 100.000 kebaikan di hari ketiga”
Lantas sahabat Ali bertanya “Ya Rasulullah, pahala ini khusus bagiku atau manusia pada umumnya?”
Nabi pun menjawab “Wahai Ali, Allah memeberikan pahala ini untukmu dan untuk orang-orang setelahmu yang mengerjakan sebagaimana kamu mengerjakanya.”
Sahabat Ali semakin penasaran dan menanyakan lagi.
“Ya Rasulullah, gerangan apa amalan itu?” sergah sahabat Ali.
Nabi menjawab “hari-hari putih yaitu tanggal 13, 14 dan 15.” (an-Nasa’I 4/301)
Selang perbincangan antara Nabi Muhammad dan sahabat Ali tadi. Di satu kesempatan gentian sahabat Ali yang disodori satu pertanyaan tentang asal muasal dinamakan Hari Putih.
“karena hal apa disebut hari putih?” Lemparan pertanyaan singkat dari ‘Antarah kepada Sahabat Ali.
Lantas sahabat Ali menjelaskan kisahnya. “sewaktu Allah SWT menurunkan sayyidina Adam ke bumi dari taman surga, maka matahari membakar kulitnya sampai kelewat hitam warna tubuhnya. Kemudian datanglah Malaikat Jibril dan berkata “Wahai Adam apakah dikau suka seandainya tubuhmu putih bersih?”
“ Iya,” jawab Sayyidina Adam.
Selanjutnya Malaikat Jibril memberi perintah kepada Sayyidina Adam
“Maka puasalah di hari ke 13, hari ke-14 dan hari ke 15 dari tiap bulan.”
Tanpa berpikir panjang maka Sayyidina Adam melaksanakan perintah itu di hari-hari yang telah dianjurkan. Di hari pertama, kembali putih sepertiga dari tubuh Sayyidina Adam, kemudian hari ke dua menjadi dua pertiga dan hari ke tiga menjadi putih secara keseluruhan tubuh Sayyidina Adam. Berangkat dari kisah tadi alasan mengapa dinamakan ayyamul baidl (hari-hari putih).”
Tulisan ini disarikan dari kitab Fadhoilu Syahri Romadhon halaman 4.