Penjelasan Tentang Tanda-Tanda Kalimat Fi’il

Kalimat fi’il — Pada kesempatan kali ini akan diuraikan pembahasan mengenai tanda-tanda kalimat fi’il. Mushonnif menjelaskan bahwa alamat (tanda) kalimat fi’il akan berbeda dengan isim.

Adapun tanda-tanda dari kalimat fi’il sebagai berikut ini:

1. Ta’ Fa’il

Kalimat fi’il bisa ditandai dengan masuknya ta’ fa’il secara mutlak.
Jika di baca dlomah menunjukan arti mutakalim (orang pertama).
Seperti: فَعَلْتُ (saya telah bekerja)

Jika di baca fathah menunjukan arti mukhottob (orang kedua laki-laki).
Seperti: فَعَلْتَ (kamu telah bekerja)

Jika di baca kasroh menunjukan arti mukhotobah (orang kedua perempuan).
Seperti: فَعَلْتِ kamu (perempuan) telah bekerja.

2. Ta’ Ta’nits Sakinah

Kalimat fi’il bisa kemasukan ta’ ta’nits yang mati (as-sakinah).

Contoh: بىْٔسَتْ، نِعْمَتْ، أَتَتْ

Sedang ta’ ta’nits yang berharokat bukan termasuk tanda kalimat fiil, karena bisa masuk pada kalimat isim dan huruf Contoh:
Yang isim: مُسْلِمَةٌ

Yang huruf: ثُمَّتَ، رُبَّتَ، لاَتَ

Membaca sukun pada ta’ ta’nits yang ada lafadz رُبَّ diucapkan رُبَّتْ، ثُمَّتْ

Tanbih!!

“Penyukunan yang ada pada ta’ ta’nits bersifat asal, dengan tujuan untuk menyeimbangkan ringannya sukun dengan beratnya kalimat fi’il, karena kalimat fi’il menunjukkan dua makna, yaitu hadast/pekerjaaan dan zaman. Ta’ ta’nits terkadang diharokati dikarenakan ada alasan yang bersifat baru (tidak asal).” Contoh:

(a) Dikasroh

قَالَتِ الأَعْرَابُ أَمَنَّا

(Diharokati kasroh untuk menolak bertemunya dua huruf mati).

(b) Difathah

قَالَتَا أتَيْنَا طَاعِىِٔيْنَ

(Diharokati fathah untuk munasabah dengan alif tatsniyah).

(c) Didhommah

قَالَتُ اخْرُجْ

(Diharokaati dhommah karena mengikuti Qiro’ah yang dibaca dhommah.

3. Ya’ Fail

Bisa kemasukan ya’ fail termasuk tanda kalimat fi’il, ya’ fail ini bisa bertemu fi’il amar dan fi’il mudhori’,
Contoh:
(a) Fi’il amar : افْعِلِي bekerjalah kamu (seorang perempuan)!!

(b) Fi’il mudhori’ : تَضْرِبِيْنَ kamu (seorang perempuan) sedang bekerja.

4. Nun taukid

Bisa kemasukan nun taukid, baik tasqilah atau khofifah. Termasuk tanda kalimat fi’il.

Contoh: أَقْبِلَنَّ
Nun taukid tsaqilah (sungguh) menghadaplah.

Contoh: أَقْبِلَنْ
Nun taukid khofifah (sungguh) menghadaplah.

Baca juga: Penjelasan tentang Tanda-Tanda Kalimat Isim

10 Kalam Hikmah Anjuran untuk Belajar Nahwu

Macam-Macam Tanwin, Definisi, dan Contohnya

Tanda khusus FIi’il Mudhori’

Di awal telah disebutkan tanda-tanda kalimah fiil secara global; kemudian Nadzim memperincinya, bahwa tanda fiil mudhori’ yang khusus (sehingga berbeda dari fiil madli dan amar) yaitu bisa kemasukan huruf لَمْ

Contoh:

لَمْ يَشَم (Dia tidak membau (mencium).
لَمْ يَضرِبْ (Dia tidak memukul).

Tanda khusus Fi’il Madli
Yaitu bisa kemasukan ta’ secara mutlaq, baik ta’ fiil atau ta’ ta’nis as-sakinah

Contoh:

تَبَارَكْتَ (Semoga kamu bertambah kebaikan).
فَعَلَتْ (Kamu (perempuan) telah bekerja)

Tanda khusus Fi’il Amar
Yaitu bisa kemasukan nun taukid beserta menunjukan arti perintah dengan shigotnya “tidak melalui lam amar” amar bush shigot.

Contoh :

إِضْرِبَنَّ (sungguh) memukullah.

اُخْرُجَنَّ (sungguh) keluarlah

TANBIH !!!
Lafadz yang menunjukan arti perintah, tetapi dengan perantaraan lam amar, menurut istilah Nahwu tidak dinamakan fiil amar, tetapi tetap dinamakan fill mudhori’, walaupun menurut istilah shorof dinamakan amar ghoib.
Seperti: لِيَضْرِبْ (Hendaknya dia memukul).

Kalimah yang tidak menunjukan arti perintah, tetapi bisa kemasukan nun taukid , maka ada kalanya fiil mudhori atau fiil taajjub.
Contoh:

يَضْرِبَنَّ (sungguh) Dia sedang memukul
أَحْسِنْ بِزَيْدٍ (sungguh) mengagumkan kebaikan Zaid.