Suarr.id–Sheikh Ali Gomaa ketika bercerita tentang Al-Fayrūzābādī —penyusun kamus al-Muḥīṭ yang memuat 40.000 akar kata dalam bahasa Arab— berkata, “Bangsa Arab jika mencintai sesuatu maka memperbanyak namanya.” Maka dalam kamus al-Muḥīṭ setiap buah-buahan memiliki dua nama atau lebih.
Selain buah, ada juga hewan yang dicintai (baca: dianggap penting) oleh bangsa Arab, misalnya unta. Unta, secara umum disebut ǧamal, ʾibil, baʿīr; unta betina disebut nāqah; unta muda disebut faṣīl, qaʿūd. Itu masih istilah umum; fikih zakat memiliki istilah khusus, misalnya bayi unta jantan berumur dua tahun disebut ʾibn labūn, yang betina bint labūn.
Ada pula yang sebaliknya, satu kata dapat memiliki dua arti atau lebih. Misalnya fiʿl (kata kerja) ضرب dan ḥarf (partikel) ب (bāʾ). Perhatikan ayat-ayat berikut ini.
فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرۡقٖ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِيمِ
Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar. — Surah Al-Šuʿarāʾ ayat 63
وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ فَأَصۡبَحَ هَشِيمٗا تَذۡرُوهُ ٱلرِّيَٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ مُّقۡتَدِرًا
Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. — Surah Al-Kahf ayat 45
Kata kerja perintah اضرب pada ayat yang disebut pertama berarti اصفع yakni pukullah. Sedangkan اضرب pada ayat yang disebut kedua menurut tafsir Ǧalālayn berarti صَيِّر yakni jadikanlah atau buatkanlah.
Partikel bāʾ pada ayat yang disebut pertama adalah bāʾ ʾistiʿānah yang menunjukkan makna sarana, dalam ayat tersebut Nabi Musa diperintahkan untuk memukul lautan dengan suatu sarana: tongkat. Sedangkan bāʾ pada ayat yang disebut kedua adalah bāʾ sababiyyah yang menunjukkan makna “karena” atau “sebagai akibat dari”, disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan menjadi subur sebagai akibat dari air yang diturunkan oleh Allah dari langit.
Karena satu kata dapat memiliki dua arti atau lebih, maka tidak menutup kemungkinan bagi sesuatu yang memiliki dua nama atau lebih itu pun salah satu namanya punya dua arti atau lebih. Termasuk —misalnya— kata untuk unta dalam Al-Qurʾān.
Unta pertama
Allah berfirman dalam Surah Al-ʾAʿrāf ayat 40
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَا وَٱسۡتَكۡبَرُواْ عَنۡهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمۡ أَبۡوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلۡجَمَلُ فِي سَمِّ ٱلۡخِيَاطِۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُجۡرِمِينَ
(Kementerian Agama)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.
(Sahih International)
Indeed, those who deny Our verses and are arrogant toward them – the gates of Heaven will not be opened for them, nor will they enter Paradise until a camel enters into the eye of a needle. And thus do We recompense the criminals.
(Muhammad Taqi Usmani)
Surely, those who have rejected Our signs and stood arrogant against them, the gates of the heavens shall not be opened for them, and they shall not enter Paradise unless a camel passes through the eye of a needle. This is how We recompense the sinners.
Mayoritas penerjemah; termasuk Kementerian Agama, Sahih International, dan Muhammad Taqi Usmani sepakat bahwa arti kata al-ǧamal dalam ayat ini adalah unta (atau camel dalam bahasa Inggris).
Muhammad Abdel Haleem dan Muhammad Asad punya pendapat yang menarik tentang arti kata al-ǧamal dalam ayat ini.
(Muhammad Abdel Haleem)
The gates of Heaven will not be open to those who rejected Our revelations and arrogantly spurned them; even if a thick rope were to pass through the eye of a needle they would not enter the Garden. This is how We punish the guilty-
Muhammad Abdel Haleem menambahkan, menukil mufassir Faḫr al-Dīn Al-Rāzī: Bukan unta. Akar kata untuk unta dan tali tambang yang tebal (thick twisted rope) adalah sama dalam bahasa Arab, dan tali yang tebal lebih masuk akal di sini.
Maksudnya “sampai unta masuk lubang jarum” memang bisa dijadikan perumpamaan tentang kemusykilan, tapi mengumpamakannya dengan “sampai tali tambang yang tebal masuk lubang jarum” lebih cocok karena sebangun dengan benda yang biasanya dipasangkan dengan lubang jarum: benang.
(Muhammad Asad)
VERILY, unto those who give the lie to Our messages and scorn them in their pride, the gates of heaven shall not be opened; and they shall not enter paradise any more than a twisted rope can pass through a needle’s eye: for thus do We requite such as are lost in sin.
Muhammad Asad menambahkan dalam terjemahannya, menukil mufassir Ibn Kaṯir bahwa Ibn ʿAbbās membacanya dengan ǧim yang dibaca fatḥah dan taḍʿīf pada mīm: ٱلۡجُمَّلُ (al-ǧummal). Sehingga artinya hanya tali kapal, yakni tali tambang yang tebal; tidak dapat berarti unta.
Unta kedua
Allah berfirman dalam Surah Al-Ġāšiyah ayat 17
أَفَلَا یَنظُرُونَ إِلَى ٱلۡإِبِلِ كَیۡفَ خُلِقَتۡ
(Kementerian Agama)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,
(Sahih International)
Then do they not look at the camels – how they are created?
(Muhammad Taqi Usmani)
So, do they not look at the camels how they are created,
Mayoritas penerjemah; termasuk Kementerian Agama, Sahih International, dan Muhammad Taqi Usmani sepakat bahwa arti kata al-ʾibil dalam ayat ini adalah unta (atau camel dalam bahasa Inggris).
(Muhammad Abdul Haleem)
Do the disbelievers not see how rain clouds are formed,
Dalam bahasa Arab kata al-ʾibil dapat berarti unta, juga awan. Menurut Abdel Haleem awan hujan (rain clouds) lebih cocok untuk mengartikan al-ʾibil di ayat ini. Pertama karena awan hujan ada di mana-mana, tidak seperti unta yang terbatas di lokasi geografis tertentu. Kedua hujan seringkali digunakan sebagai gambaran dari konsep kebangkitan. Sesuai dengan surah ini yang bercerita seputar hari kiamat.
(Muhammad Asad)
DO, THEN, they [who deny resurrection] never gaze at the clouds pregnant with water, [and observe] how they are created?
Muhammad Asad mengartikan al-ʾibil sebagi awan yang mengandung air (clouds pregnant with water) dan menambahkan dalam terjemahannya bahwa mengartikan al-ʾibil sebagai awan lebih sesuai dengan objek-objek yang disebut di ayat-ayat setelahnya. Dengan kata lain awan-langit-gunung-bumi terdengar lebih cocok satu sama lain daripada unta-langit-gunung-bumi.
Mana yang sebaiknya kita ikuti?
Dari segi qirāʾāt, kebanyakan dari kita hanya memiliki sanad dari riwayat Imam Ḥafṣ. Karena Imam Ḥafṣ membacanya al-ǧamal, maka tidak diperkenankan bagi kita untuk membacanya al-ǧummal seperti Ibn ʿAbbās. Bahkan dari tujuh —bahkan sepuluh— riwayat qirāʾāt, tak satu pun yang membacanya al-ǧummal.
Dari segi terjemahan, tidak perlu terlalu ambil pusing. Pertama, baik mengartikan al-ʾibil dan al-ǧamal sebagai unta maupun sebagai awan dan tali yang tebal tidak ada pengaruhnya terhadap pengambilan hukum fikih.
Tidak seperti —misalnya— lafaẓ لمستم النساء dalam Surah Al-Nisāʾ ayat 43 dan Al-Māʾidah ayat 6 yang pemilihan artinya berpengaruh terhadap pengambilan hukum sentuhan seperti apa yang dapat membatalkan wudhu. Sebagaimana keterangan di artikel Pengaruh Perbedaan Qira’at dalam Al-Qur’an terhadap Makna (III)
Kedua, baik unta maupun tali kapal keduanya sama-sama mustahil masuk ke lubang jarum, seperti mustahilnya masuk surga bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Pun demikian, baik penciptaan unta maupun penciptaan awan itu keduanya adalah hal yang menakjubkan untuk diamati.
Ketiga, meskipun unta itu khas jazirah Arab dan Timur Tengah, sedangkan awan serta tali yang tebal itu ada di mana-mana, mengartikan suatu kata dalam Al-Qurʾān sebagai sesuatu yang khas Arab tidak mengurangi keuniversalan Al-Qurʾān. Bahkan dengan diturunkannya Al-Qurʾān dalam bahasa Arab pun Al-Qurʾān tetap menjadi petunjuk bagi umat manusia, bukan hanya bagi umat Arab.
Keempat, bahkan jika tidak mengerti artinya, membaca Al-Qurʾān tetaplah berarti. Seperti yang dikisahkan dalam Ada Anak Bertanya pada Bapaknya.
والله أعلم